DALUNG (21/3/2019) – Upacara Rsi Yadnya Mapodgala Munggah sulinggih Ida Bhawati Pasek Putu Pasek Winandrika dengan Ida Bhawati Istri Ni Luh Putu Lilis Wiratiningsih berlangsung khusyuk, Rabu (20/3) di Banjar Celuk, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara.
Manggala Karya atau Ketua Panitia I Made Sukadana mengatakan Upacara Rsi Yadnya Mapodgala Munggah merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan di Desa Dalung. Upacara ritual ini merupakan rangkaian menuju tingkat kesucian yang lebih tinggi Mapodgala juga disebut madwi jati, masucian, mabersih, mapeningan, melinggih, madiksa, matapak. Mereka yang diupacarai menuju proses penyucian diri untuk mencapai “Dwi Jati”. "Seseorang yang sudah menjalani adiksa disebut diksita. Artinya sudah menjadi murid dalam melaksanakan punyucian. Kelahiran yang pertama ialah ketika seseorang lahir dari sang ibu. Jadi lahir sacara fisik," jelasnya.
Imbuhnya, kelahiran untuk kedua kalinya berarti lahir secara rohaniah. Setelah didiksa seseorang menjadi Wiku atau Pandita yang bertugas melaksanakan kewajiban kependitaan. Siapa yang bisa melaksanakan upacara rsi yadnya ini dasarnya adalah pemangku yang sudah menjalani "dharmanya" selama 5 tahun, ia terus menempa diri melalui ilmu spiritual atau keagamaan.
Selanjutnya calon bhawati ini ditempa oleh nabe atau guru yang disebut sisya turiksa. Bagian ini dilakukan oleh tim dari kecamatan beserta 3 orang nabe, yaitu nabe napak, nabe aksara, nabe saksi dalam persiapan upacara rsi yadnya ini apakah layak atau tidak. Setelah dikatakan layak, proses selanjutnya adalah munggah sulinggih dalam konteks dari bhawati menuju sulinggih. Prosesnya paling cepat 6 bulan dan maksimal 2 tahun. Pelaksanaan upacara agama Rsi Yadnya Mapodgala Munggah ini dalam pemilihan hari baik. Kapan dilaksanakan ditentukan atas saran Ida Pandita Mpu Nabe calon bhawati yang bersangkutan.
Rentetan acara upacara Mapodgala Munggah ini diawali upacara pendahuluan secara administrarif. Mencakup upacara diksa pariksa, mepiuning ring soang-soang pura, matur piuning ring Ida Pandita Nabe, sembah pamitan keluarga, Mapinton, dan upacara Amati Raga atau Penyekeban. Sang Diksitha sehari penuh melaksanakan mono brata dan uphawasa dengan petunjuk dan tuntunan oleh Guru Saksi. Selanjutnya menempuh upacara masiram, upacara puncak, dan upacara penguntat alias penutup.
“Kita harus apresiasi warga atau masyarakat yang meniatkan diri secara tulus iklas menjadi seorang bhawati. Masyarakat harus bisa memahami bagaimana kita belajar dan memanfaatkan kebhawatian atau kesulinggihan Beliau. Harus respect dengan keadaan Beliau agar kita selalu ada di jalan kebaikan,” ujar Sukadana.
Ketua MGPSSR Kecamatan Kuta Utara Ir. I Nyoman Widana turut mengapresiasi Upacara Rsi Yadnya Mapodgala Munggah tersebut. “Menjadi seorang bhawati atau sulinggih tidaklah mudah. Harus melepas ikatan keduniawian dengan keluarga terdekat sekalipun yang dijalani secara tulus iklas. Saya berharap kepada para pejabat stakeholder yang ada di Desa Dalung khususnya turut bersama-sama mendukung keberadaan Ida Bhawati karena ajaran kebaikan dan dharma salah satunya ada pada Beliau” pungkas pria asal Br. Tegeh, Dalung itu.
Pantauan KIM Dalung sejumlah tokoh hadir dalam upacara suci itu. Antara lain mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Bupati Badung yang diwakili oleh Sekretaris Jendral MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) Badung, Ketua PHDI Badung, Ketua DPRD Badung, Camat Kuta Utara, Ketua MGPSSR Kuta Utara, Kepala Desa Dalung, Bendesa Adat Dalung, Tuka, dan Padang Luwih, serta Kelian Adat dan Dinas Banjar Celuk. (KIMDL-002)(KIMDLG008).